Kara-kara
| Kara-kara | |
|---|---|
 | |
| Lenggai kara-kara di pekarangan rumah warga Jatibarang, Jawa, Indonesia | |
| Pengelasan saintifik | |
| Alam: | Tumbuhan |
| (tanpa pangkat): | Angiospermae |
| (tanpa pangkat): | Eudikotiledon |
| Order: | Fabales |
| Keluarga: | Fabaceae |
| Genus: | Lablab Adans. (1763) |
| Spesies: | L. purpureus |
| Nama binomial | |
| Lablab purpureus (L.) Sweet (1826) | |
| Sinonim[2][3] | |
| |
Kara-kara, kekara, kara, kacang sepat, kacang biduk, kacang bado atau kacang komak (nama botani: Lablab purpureus)[4] adalah sejenis kacang dan anggota tunggal genus Lablab[5] dalam keluarga Fabaceae.[2] Ia tumbuh asli di kawasan-kawasan tropika Asia dan disebarkan ke China, Jepun, Mesir dan Sudan.[6] Tanaman ini dikembangkan sebagai penghasil bahan makanan bijiran dan sayuran; namun demikian, ia juga baik sebagai bahan makanan ternakan dan baja. Ia juga ditanam sebagai pencegah hakisan tanah dan menghias taman-taman.
Peristilahan
Tumbuhan ini memiliki banyak nama setempat lain antaranya:[4]
- kacang jěriji, kacang pěda, roay katopès (bahasa Sunda);
- kårå, kekårå, kårå andhong, kårå usěng, kårå wědhus (bahasa Jawa);
- komak (bahasa Madura);
- ndoto, loto, roto (Rote).
Botani
Tumbuhan tahunan ini membelit; merumpun rendah atau memanjat hingga 6 m tingginya; akarnya dalam. Dedaunnya lebat majmuk beranak daun tiga, dengan anak daun bundar telur melebar, 5—15 sm x 4–15 sm, bertepi rata, hampir gundul atau berambut halus; duduk daun berseling.[7]
Jambak bunganya tandan yang kaku di ketiak, panjang tangkainya 4–23 sm dan panjang rakis 2–24 cm, dengan banyak buku berisi 1-5 kuntum bunga. Bunga dengan mahkota putih, jambon, merah, atau ungu; bertangkai pendek yang bersegi-empat dan berbulu jarang; benang sari 10 helai dalam dua tukal. Buah lenggainya bervariasi bentuk dan warnanya; pipih atau menggembung; 5–20 cm x 1–5 sm; lurus atau melengkung; biasanya dengan 3-6 biji bundar telur yang beraneka dalam ukuran dan warna.[7]
Asal usul dan kegunaan
| Nilai pemakanan per 100 g (3.5 oz) | |
|---|---|
| Tenaga | 209 kJ (50 kcal) |
| Karbohidrat | 9.2 g |
| Lemak | 0.27 g |
| Protein | 2.95 g |
| Tiamina (vit. B1) | 0.056 mg (5%) |
| Riboflavin (vit. B2) | 0.088 mg (7%) |
| Niasin (vit. B3) | 0.48 mg (3%) |
| Folat (vit. B9) | 47 μg (12%) |
| Vitamin C | 5.1 mg (6%) |
| Kalsium | 41 mg (4%) |
| Besi | 0.76 mg (6%) |
| Magnesium | 42 mg (12%) |
| Mangan | 0.21 mg (10%) |
| Fosforus | 49 mg (7%) |
| Kalium | 262 mg (6%) |
| Zink | 0.38 mg (4%) |
| Link to USDA Database entry Dikukus, dimasak tanpa garam, ditiriskan Peratusan dianggarkan menggunakan syor A.S. untuk orang dewasa. Sumber: USDA Nutrient Database | |
Asal usul kacang ini diperkirakan dari India, Asia Tenggara, atau Afrika. Tanaman ini mula ditanam dan dikembangkan terutama di India, Asia Tenggara, Mesir, dan Sudan.[7]
Di pelbagai wilayah kepulauan Indonesia, polong yang muda digemari sebagai sayuran[4] dimasak rebus seperti kacang buncis, dicampurkan ke dalam kari,[7] atau –di wilayah Jawa Timur– dimasak sebagai sayur asam. Biji yang muda, begitu pun daun-daun yang muda, pucuk, dan karangan bunganya, kerap direbus dan dilalap.[7] Bijinya yang tua dan kering dimanfaatkan serupa kacang[7] yang mana dapat diproses menjadi tempe,[8] diolah menjadi tepung kaya protein (PRF, Protein Rich Flour),[9] atau bahkan dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan daging tiruan.[10]
Pada musim kering yang panjang ketika rumput sukar tumbuh, kekara sering dibudidayakan sebagai sumber makanan ternakan.[4] Hijauan ini tidak dilahap serta-merta tetapi kadangkala memerlukab tempoh pembiasaan hingga beberapa hari sebelum ternak mahu memakannya. Komak juga perlu dicampur dengan hijauan lain, seperti dedaunan atau kacang-kacangan lain, agar ternak tidak mengalami kembung. Pemberian komak dapat meningkatkan dengan segera isi badan lembu dan isipadu susu yang dapat dihasilkan.[11]
Akar pokok kacang kekera berbintilan merumahkan bakteria Rhizobium yang simbiotik mengikat nitrogen; meskipun hal ini tidak selalu mudah terjadi dengan galur-galur Rhizobium lokal. Di samping itu, pokok kekera memperkaya kandungan nitrogen tanah melalui dekomposisi daun-daun dan rantingnya yang berguguran.[11]
Bila tanah kebun dipersiapkan dengan baik, kekera dapat tumbuh dengan cepat menutup tanah terbuka. Pokok yang tumbuh mantap mampu menghadapi persaingan dengan aneka gulma di kebun.[11] Kultivar kekera tertentu menghasilkan bunga dan polong yang berwarna indah, sehingga acap dijadikan tanaman hias.
Kultivar
Kekara sejak lama diketahui memiliki banyak kultivar Rumphius pada 1690-an telah menyebutkan adanya dua bentuk yang disebutnya sebagai Cacara (=kekara) perennis dan Cacara alba atau Cacara puty (=kekara putih)[12] Kini bentuk-bentuk itu umumnya digolongkan ke dalam tiga kelompok kultivar:[7]
- Kelompok kv. Lablab (tersebar luas)
- Kelompok kv. Ensiformis (Asia Tenggara, Afrika Timur)
- Kelompok kv. Bengalensis (Asia Selatan, Afrika Timur)
Galeri
-
Biji-biji -
Bunga dan buah kacang kara -
Bunga -
Polongan yang berwarna lembayung
Rujukan
- ^ Burkill, Isaac Henry (April 1930). "An Index to the Malay Vernacular Names with comments". The Gardens' Bulletin; Straits Settlements. 3 (6 (bahagian 2)): 274–321 – melalui Perpustakaan Warisan Biokepelbagaian.
- ^ a b "Lablab purpureus (L.) Sweet". Plants of the World Online. Royal Botanic Gardens, Kew. 2024. Dicapai pada 9 Jun 2024.
- ^ "Lablab purpureus". Multilingual taxonomic information. Universiti Melbourne. Dicapai pada 9 Jun 2024.
- ^ a b c d Heyne, Karel (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. 2 (ed. 1916). Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. m/s. 1067–68.
- ^ "Lablab purpureus, general information". Lablab Lab. Universiti Sains Pertanian Bengaluru, India. Diarkibkan daripada yang asal pada 15 Julai 2020.
- ^ Allen, O. N.; Allen, Ethel Kullmann (1981). The Leguminosae: A Source Book of Characteristics, Uses, and Nodulation. Madison, Wisconsin, USA: University of Wisconsin Press. m/s. 370. ISBN 9780299084004.
- ^ a b c d e f g Shivashankar, G.; Kulkarni, R.S. (1989). L.J.G. van der Maesen; S. Somaatmadja (penyunting). Plant Resources of South-East Asia. 1: Pulses. Bogor, Indonesia: PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) Foundation. Diarkibkan daripada yang asal pada 11 Apr 2021. Dicapai pada 3 Sep 2013 – melalui Proseabase.
- ^ Harnani, S. 2009. Studi Karakteristik Fisikokimia Dan Kapasitas Antioksidan Tepung Tempe Kacang Komak (Lablab Purpureus (L.) Sweet)
- ^ Nafi, A., T. Susanto, A. Subagio. 2006. Development of Protein Rich Flour (PRF) from Hyacinth Bean (Lablab purpureus (L) Sweet) and Lima bean (Phaseolus lunatus) Diarkibkan 2015-06-10 di Wayback Machine. Jurnal Teknologi Dan Industri Pangan, Vol 17, No 3.
- ^ Bisnis OL: AGROBISNIS: Daging Tiruan Dari Kecambah Kacang Komak[pautan mati kekal]. Rabu, 31 Julai 2013
- ^ a b c FAO: Lablab purpureus (L.) Sweet Diarkibkan 2005-01-30 di Wayback Machine
- ^ Rumpf, G.E. 1741-50. Herbarium Amboinense:plurimas conplectens arbores, frutices, herbas, plantas terrestres ... Pars 5: 378, 380, Tab. 136. Amstelaedami: Apud Fransicum Changuion, Hermannum Uytwerf.
Pautan luar
- Profil spesies di Flora and Fauna Web Lembaga Taman Negara Singapura
- (Inggeris) ILDIS: Lablab purpureus (L.) Sweet
- (Inggeris) Plant List: Lablab purpureus (L.) Sweet
- (Inggeris) PROTA: Lablab purpureus (L.) Sweet[pautan mati kekal]
- (Inggeris) Prota4u: Lablab purpureus (L.) Sweet Diarkibkan 2016-03-04 di Wayback Machine
- (Inggeris) Tropical Forages: Lablab purpureus
- (Inggeris) Pastures Australia: Lablab Diarkibkan 2013-10-16 di Wayback Machine
- (Inggeris) Poisonous Plants of North Carolina: Dolichos lablab (Lablab purpureus) Diarkibkan 2007-04-10 di Wayback Machine
- (Inggeris) Dave's Garden: PlantFiles: Hyacinth Bean, Lablab purpureus (foto2)
- ANTARA News: Kacang komak bisa gantikan kedelai. Selasa, 31 Julai 2012.
- Tempo.co: Peneliti Kembangkan Tempe dari Kacang Koro[pautan mati kekal]. Sabtu, 11 Agustus 2012
- Tribunnews.com: Tempe Kacang Komak Turunkan Kolesterol. Rabu, 1 Agustus 2012
- BioEnergi: Kacang komak pengganti kedelai. 25 Julai 2012.
