Prasasti Dalung Kuripan

Peringatan

Sebagian atau keseluruhan dari artikel ini dicurigai telah melanggar hak cipta dari tulisan pihak di luar Wikipedia, dan selanjutnya akan dimasukkan dalam daftar Wikipedia:Artikel bermasalah hak cipta:

Disarankan untuk tidak melakukan perubahan apapun sampai masalah pelanggaran hak cipta di artikel ini diteliti pengguna lain dan diputuskan melalui konsensus

  • Cek lewat Alat Pendeteksi Copyvio Earwig (di Toolforge)
  • Jika Anda ingin menulis ulang artikel ini sebagai tulisan yang sama sekali baru, untuk sementara tuliskan di sini.
Berikan komentar mengenai hal tersebut di halaman diskusi artikel ini.
Perhatikan bahwa hanya mengubah sedikit atau beberapa bagian dari tulisan asli tidak cukup untuk menghilangkan pelanggaran hak cipta dari tulisan ini. Lebih baik membangun kembali artikel ini dari awal sedikit demi sedikit daripada membajak tulisan orang lain demi sebuah artikel besar.
  • Jika Anda sebenarnya memang adalah pemilik sumber tulisan asli yang dimaksudkan (dan termasuk pula pemilik bukti tulisan yang menjadi dasar kecurigaan pelanggaran hak cipta), dan ingin membebaskan hak cipta tulisan tersebut sesuai GNU Free Documentation License:
berikan keterangan di halaman diskusi artikel ini, kemudian bisa menampilkan pesan izin tersebut di halaman aslinya, atau berikan izin tertulis ke Wikipedia melalui email yang alamatnya tersangkut langsung dengan sumber tersebut ke alamat [email protected] atau surat tertulis ke Wikimedia Foundation. Berikan izin secara eksplisit bahwa tulisan tersebut telah dibebaskan ke dalam lisensi CC BY-SA 3.0 dan lisensi GFDL.
  • Jika tulisan bukti memang berada di wilayah lisensi yang bisa untuk dipublikasikan di Wikipedia,:
Jelaskan hal tersebut di halaman diskusi artikel ini, dengan bukti referensi yang tepat dan benar.

Kecuali kecurigaan hak cipta ini bisa dibuktikan salah dalam waktu paling lambat dua minggu, artikel ini akan dihapus

  • Memuat artikel yang melanggar hak cipta adalah pelanggaran hukum dan tidak sesuai dengan Kebijakan Wikipedia.
  • Jika Anda memiliki pertanyaan mengenai hak cipta, silakan lihat Hak cipta.
  • Pengguna yang secara berulang memuat artikel yang melanggar hak cipta akan diblokir dari hak penyuntingan.
  • Untuk sementara, pemuatan asli masih bisa dilihat melalui di halaman versi terdahulu.
  • Anda dipersilakan memuat kontibusi orisinil.


Prasasti Dalung Kuripan di Indonesia
Prasasti Dalung Kuripan
Prasasti Dalung Kuripan
Lokasi di Indonesia

Prasasti Dalung Kuripan adalah sebuah prasasti yang dibuat saat Kesultanan Banten dipimpin oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Prasasti ini berisikan tentang perjanjian antara Sultan Maulana Hasanuddin dan Haji Muhammad Zaka Waliyullah atau dikenal sebagai Ratu Darah Putih dari Keratuan Lampung.

Perjanjian yang diabadikan dalam prasasti ini berawal dari perjanjian kerjasama dalam bidang perdagangan rempah-rempah khususnya lada, dan hubungan sebagai saudara tiri yakni merupakan putera dari Fatahillah yang kemudian berlanjut menjadi hubungan sosial yang berpengaruh besar terhadap kehidupan sosial masyarakat Lampung.[1]

Sejarah

Prasasti ini disebut Dalung Kuripan karena ditulis pada media dalung atau tembaga pipih persegi empat, dan prasasti ini pertama kali ditemukan di Desa Kuripan, Kabupaten Lampung Selatan dan kemudian sekarang dipindahkan ke Desa Bojong, Kabupaten Lampung Timur.[2] Hal inilah yang menjadikan kenapa prasasti ini dinamai Prasasti Dalung Kuripan. Menurut riwayat, naskah Prasasti Dalung Kuripan ini diterbitkan oleh adik dari Pangeran Sabakingking atau Sultan Maulana Hasanuddin yang bernama Ratu Mas. Istri dari Prasasti Dalung Kuripan ini adalah perjanjian antara Pangeran Sabakingking dengan Ratu Darah Putih yang merupakan istri dari Raja Lampung yang bernama Menak Baybay Baluk.

Jika dilihat dari teks yang ada dalam Prasasti Dalung Kuripan, prasasti ini ditulis dengan huruf Pegon, berbahasa Jawa Serang. Pemilihan bahasa Jawa Serang sebagai bahasa yang digunakan dalam prasasti perjanjian Dalung Kuripan ini mengindikasikan bahwa prasasti perjanjian ini dibuat oleh pihak Kesultanan Banten atau setidaknya atas prakarsa pihak Kesultanan Banten. Hal ini bisa menjadikan bukti lanjutan bahwa dominasi Banten atas Lampung sudah berlangsung jauh sebelum adanya perjanjian Dalung Kuripan tersebut.

Nama yang tercantum dalam prasasti itu adalah Pangeran Sabakingking yakni nama lain dari Sultan Maulana Hasanuddin dan kemudian Ratu Darah Putih. Hal ini berarti bahwa prasasti tersebut ditulis pada masa itu yakni pada masa kekuasaan Sultan Maulana Hasanuddin di Banten dan masa kekuasaan Ratu Darah Putih di Lampung. Penulisan nama Pangeran Sabakingking lebih dahulu dibandingkan nama Ratu Darah Putih juga bisa dijadikan bukti penguat lainnya bahwa pihak yang menginisiasi adanya perjanjian Dalung Kuripan adalah pihak Kesultanan Banten.

Piagam perjanjian ini berisi perjanjian antara Sultan Maulana Hasanudin dan Haji Muhammad Zaka Waliyullah atau Ratu Darah Putih. Perjanjian ini merupakan perjanjian yang berasal dari permulaan masuknya pengaruh Banten di daerah Lampung. Isi dari perjanjian ini berisikan tentang perjanjian persahabatan yang padabmulanya diawali dengan hubungan kerjasama dalam bidang perdagangan yang berupa komoditi lada, namun dikarenakan kerjasama yang terus berlanjut, dan bentuk kerjasama pun semakin berkembang, tidak hanya dalam bidang perdagangan namun hubungan ini terus berlanjut merambah ke dunia politik dan keagamaan.

Deskripsi

Prasasti Dalung awalanya berasal dari Desa Kuripan, Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan kemudian dipindahkan ke Desa Bojong, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur. Prasasti Dalung ditulis dalam aksara Pegon menggunakan bahasa Jawa Banten. Isinya berupa peraturan perundangan yang dibuat oleh Sultan Banten untuk wilayah Lampung dan sekitarnya.

Prasasti ini hanyalah satu bagian akhir satu prasasti yang mungkin terdiri dari beberapa lempeng. Sayangnya, lembaran-lembaran lain dari prasasti ini tidak diketahui keberadaannya. Di akhir prasasti tertulis pertanggalan saat perundangan ini diberlakukan, yaitu pada tahun 1102 H (±1690 M), tanpa dituliskan Sultan yang menerbitkannya. Sedangkan sumber sejarah meyebutkan bahwa tahun 1690 adalah masa transisi dari masa pemerintahan Sultan Abu’l Fadhl Muhammad Yahya yang hanya sempat memerintah selama tiga tahun (1687–1690) dan meninggal karena sakit kepada pemerintahan Sultan Abu’l Mahasin Muhammad Zainul Abidin (1690–1733) atau yang sering disebut juga sebagai Kang Sinuhun Ing Nagari Banten. Dengan keadaan tersebut menjadi agak sedikit sulit untuk mengetahui peristiwa dan latar belakang dikeluarkannya prasasti ini.

Memperhatikan sebutan Kang Sinuhun Ing Nagari Banten untuk Sultan Abu’l Mahasin Muhammad Zainul Abidin, yang merujuk pada sebutan penghormatan yang diberikan oleh mereka yang berada di luar atau sedikit jauh dari pusat kesultanan, kemungkinannya prasasti ini dikeluarkan pada masa pemerintahannya.[3]

Berikut ini adalah isi dari Prasasti Dalung Kuripan dengan aksara latin:

Lan mānang lamun kawungkunan kangjeng sulthan ing (Langgang/Lampung) liane iku sakeng punggawa dina pada mufakat atawa hana papanek dālam kang dina (tabrakan) dinang kawangkunan iku surat pada ramaksaha ing saking kekurangane. Lan mānang sang sapa tutukaran atawa paparangan pada ra’ayat kangjeng sulthan iku kadanda karuwane lamun mati sala siwiji sakeng karuwane ka kang ora papana ijin hukum sarat anak binine angalihaken marang surusuwān dada abdi dālam lan sabakihen aranani rampasa la tanggalam lan mānang sang saga punggāwa ing dālam nagarane dewek atawa punggāwa kan lian2 iku ya marang pada ayah kangjeng sulthan seba karang dewek ora kalun perintah lan ijin kanjeng sulthan iku ora kuasa ora eneng babandulan hukum kang luweh (sanget) kangjeng sulthan karan fapagi wine ikang hukumaken wong (doaken/dawa’aken) bafa ing kangjeng sulthan. Kaya mungkunu manang sapa safa lung anger ara tenguk atawa angayut ing lahut atawa ing darat ora kalun perintah kangjeng sulthan iku hukum (panabtan/pana bener) sarat ana bini angalihaken marang surasuwān dadi abdi dālam lan saking wine kamatur anger alam. Lan sapa sapa kaguna bukan wong darana desa kang angger rampuk atawa angayut rana binine nagārane atawa ing mawarga liane nanging ora kuasa ora punggāwa ika angrusak kalun sakuasane angti wongkang (duraka/doake) ika. Lan manang anjalok surat cap perahu ing punggāwa angipata kunang surat cap batal lan aja pisan malanggar mara ana sira binine ing surasuwān sahangga balen ana pakayuh kang cadaya kaya mungkunu manang saking parahu kang sita saking surasuwān ika aja pisan amengliwat sawenang surat kangjeng ika lan sapa safa angliwat papanek dālam ika kada nagāra mangsa perahune sita wong liane. Lan manang lamun punggāwa mangganggu maring marang surasuwān atawa kawangkunane ika ingaturen surat ing kangjeng sulthan king maring kang dina gawek. Lan kaya mungkunu manang saking wong cila kanganggo maning marang surasuwān ika pada awih wruh marang punggawane pera maring kang deni gawek maka punggawane ingaturen surat ing kangjeng sulthan. Lan manang lamun ana kapal atawa salagi kompeni atawa sapa padane ika perahu rangit Jayakarta (kalambaga) ing pasisir (Lampung/Langgang) sebab gisa kagode aneng angin gede atawa kesukaran kang lian maka punggāwa kang ana ing dālam nagāra ika pecun ora atawa lang lan pecun ora ramaksa ing barang pangangane atawa liane dina (kaya rangyah) kangjeng sulthan dewek tanpa punggāwa kang ana ing dālam nagāra ika anjalok tapa lisan marang kapten kapal ika maka aturena ing kangjeng sulthan ika sapaya ola ruwa alase kabaca gane. Lan manang lamun ana wong adagang wong putaranane atawa wong berangan anane wongiku pajak perahune ing pesisir (Langgang/Lampung) maka punggāwa ing dālam nagara ika paraniaga atawa lang kalun saatine lan pecun ilang artine ya liane ora pahada wruh tingal sita padu maksa maka gune wong iku marang surasuwān sita sakehendakne gelem ing kangjeng sulthan. Lan manang sapa sapa atawa atutuhan barang saline barang atutuhan atawa anginum arak atawa barang inuminum kang burune ika kadānda sita anghakumaken kalun pali sita ing kangjeng sulthan. Lan manang perintah kangjeng sulthan marang saking punggawa saking mayuh ing saking wong cebol iku ing nari kakakan kanun ing wong (sayang/seng) atur maring ing limpa atuturasi. Do hangudang dālam ika ing akhir ing wulan jumadil awal tahun sewu satus rong tahun lalaku saking hijrah nabi Muhammad salallahu ‘alaihi wasalam.

Lihat juga

Referensi

  1. ^ "Prasasti Dalung Kuripan; Dokumentasi Perjanjian Banten-Lampung". ejournal.radenintan.ac.id. Diakses tanggal 29 Maret 2022. 
  2. ^ "Mengenal Sejarah Ratu Darah Putih Desa Kuripan, Awal Mula Penyebaran Islam Di Lampung Selatan". globaldrafnews.com. 23 Februari 2021. Diakses tanggal 21 April 2022. 
  3. ^ "Prasasti Dalung, Peraturan Yang Dikeluarkan Oleh Sultan Banten Untuk Wilayah Lampung". kebudayaan.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 29 Maret 2022. 

Daftar pustaka

  • G.A.J Hazeu, Een Beschreven Koperen plaat uit de Lampoengs, TBG, XLVIII, 1905.
  • Hadar Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, (Jakarta: Indayu Press, 1993)
  • Halwany Michrob, Ekspor Impor di Zaman Kesultanan Banten, (Serang: Kadinda, 1989).
  • Heriyanti Ongkodharma Untoro, Perdagangan di Kesultanan Banten (1522-1684), (Jakarta: Komunitas Bambu, 2007).
  • Hilman Hadikusuma, Masyarakat dan Adat Budaya Lampung, (Bandung: Mandar Maju, 1989).
  • Husin Sayuti, Hubungan Lampung dengan Kesultanan Banten dan Palembang Dalam Perspektif Sejarah 1500-1900, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah Provinsi Lampung, 1985)
  • Iim Imaduddin, Hubungan Lampung Dan Banten Dalam Perspektif Sejarah, Jurnal Penelitian, Vol. 40, No, 30, Desember 2008.
  • ______, Perdagangan Lada Di Lampung Dalam Tiga Masa (1653-1930). Jurnal Penelitian Sejarah Dan Budaya, Patanjala Vol. 8 No. 3 September 2016
  • Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Gramedia, 1983)
  • M. Arifin Nitipradjo Tegamon, Hubungan Lampung dan Banten, (Bandar Lampung: Mitra Media Pustaka, 2010).
  • ______, Sejarah Lampung Sejak Dahulu Kala, (Bandar Lampung: Mitra Media Pustaka, 2010).
  • Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Gramedia, 1992)
  • Mufliha Wijayati berjudul ―Jejak Kesultanan Banten Di Lampung Abad XVII (Analisis Prasasti Dalung Bojong),” Jurnal Analisis, Volume XI, Nomor 2, Desember 2011.
  • Muhammad Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia, 1983)
  • Mulianti, Ali Imron, Wakidi, Tinjauan Historis Hubungan Banten-Lampung Pada Tahun 1525-1619, PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah) Vol 1, No 3 (2013).
  • Ninawati Syahrul, ―Upaya Penyelamatan dan Pelestarian Naskah Kuno Lampung” Jurnal Manasa Manuskripta, Vol. 1, No. 2, 2011.
  • Nugroho Notosusanto, Sejarah dan Sejarawan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989)
  • P.A. Hoesein Djajadiningrat, ―Nog iets omtrent de Lampongsche oorkonden over de oorspronkelijke verhouding tusschen Lampong en Banten, NBG (Notulen van de Directitievergaderingen van het Vataviaasch Benootschap van Kunsten en Wetenschappen) 58, 1920.
  • ______, Critische Beschouwing van de Sadjarah Banten, (Haarlem, 1913).
  • ______, Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten; Sumbangan Bagi Pengenalan Sifat-sifat Penulisan Sejarah Jawa, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 1983).
  • R. Mohamad Ali, Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara, (Jakarta: Bharata, 1963).
  • Riza Fitriani, Iskandar Syah, Muhammad Basri, Tinjauan Historis Perjanjian Lampung-Banten Yang Menghasilkan Piagam Kuripan Tahun 1552, PESAGI (Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah) Vol 4, No 1 2016.
  • Saptoto Nanang, Perdagangan dan Pertukaran Masa Prasejarah - Kolonial, (Jatinangor: Alqo Print, 2010).
  • Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Praktek, (Jakarta: Bina Angkas, 1989)
  • Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000)
  • Sutrisna, Deni, Lampung Cikoneng, Potret Pemukiman Orang Melayu Di Tanah Banten, Naditira Widya Balai Arkeologi Banjarmasin, Vol 8, No 1 (2014): April 2014.
  • Tri Hatmadji dkk, Ragam Pusaka Budaya Banten, (Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang, Wilayah Kerja Provinsi Banten, Jawa Barat, Jakarta, Lampung: Direktorat Jenderal Kebudayaan Jakarta, 2005).
  • l
  • b
  • s
Cagar budaya peringkat nasional di Indonesia
Kategori
BendaBangunanStrukturSitusKawasan
Ikon rintisan

Artikel bertopik sejarah ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s